Kamis, 16 Oktober 2014

Tutorial : Mini Sling Bag


Jumpa lagi.....

Craft selalu membuatku rileks.
Contohnya saat ini.
Terus terang aku habis lahira. Again... hehehe... malu ngaku nih kalau anak sudah banyak *tutup muka intip lewat jari*
Naahh... tau kan rasanya lahir lewat cesar itu? Sedut senut sedep gitu. Berjuta rasanya.
Dan tau kan rasanya gimana saat si debay divonis sakit dan untuk sementara dikarantina dulu nggak boleh pulang?
Sedih, tertekan, marah, kecewa campur aduk jadi satu yang berujung penyesalan dengan berjuta kenapa begini dan kenapa begitu.
Daaannn.... akhirnya... ASI sempat nggak lancar sodara-sodara setanah air!!! Hiks...hiks...hiks...
Akhirnya.... pulang deh pulang... Nggak apa aku di rumah. Yang penting rileks yang penting tenang, dengan begitu ASI jadi lancar.

Salah satu ruang di rumahku yang telah aku sulap menjad ruang hoby, memang bener-bener ruang hoby tempat aku menghabiskan seluruh energi negatif dan merubahnya menjadi sesuatu yang positif.

Akhirnya aku buka-buka lagi dokumentasi kegiatan craft ku yang tak seberapa ini
Dannn... taraaa..... hasil isengnya aku, yang sering kali memotret setiap langkah pembuatan karya-karyaku itu nyelip di folder berjudul : kreasi agustus 2013
Yang artinya... saat itu aku baru belajar menjahit!!
Tapi kayaknya nggak apa deh kalau aku share di sini
Kali aja ada manfaatnya
Yuukk... disimak!!!
Yang nggak minat boleh skip kok. Nggak wajib juga hehehe...

1. Persiapan

Alat dan bahan yang harus disiapkan :

Bahan Utama :
Kain kanvas untuk body utama. Di sini aku pake kanvas warna item ya
Kanvas motif untuk tutup di sini aku pakai kanvas dengan dasar putih motif bunga dan capung

Kain katun japan design untuk lapisan dalam


Staplek tebal, atau di toko jahit dibilang M32

Bahan penunjang :
Velcrow untuk penutup, kalau tidak ada bisa diganti kancing baik kancing magnet maupun kancing jepret
Tali tas. Karena tasnya imut, lebih baik pakai tali tas dengan lebar 2.5cm. Panjangnya 1.8m, sudah termasuk untuk cantelan ringD. Bisa memakai tali dari polyester maupun katun. Bila tidak ada bisa bikin sendiri dari bahan kanvas.
Ring D atau ring kotak, terserah pilih mana. Sesuaikan dengan ukuran lebar tali tas ya...
Kaitan, ini digunakan bila kita memakai Ring D dan kita bikin tali yang bisa dilepas pasang. Kalau menggunakan ring kotak tali bisa langsung dipasang secara permanen.
Ring jalan gunanya untuk memanjang-pendekkan tali.

Peralatan :
Mesin jahit
Setrika
Gunting atau roller cutter bila punya
Cutting mat bila menggunakan roller cutter
Penggaris
Pensil kain/kapur kain

2. Memotong Kain 


Kanvas Hitam
potong ukuran 10" (lebar)  x 11,5" (tinggi)  sebanyak 2 lembar untuk body utama
potong ukuran 10" (lebar)  x 7" (tinggi)  sebanyak 1 lembar untuk saku depan

Kanvas Motif
potong ukuran 7" (lebar) x 9" (tinggi)  sebanyak 1 lembar untuk tutup tas




Kain Katun:
potong ukuran 10" (lebar)  x 11,5" (tinggi)  sebanyak 2 lembar untuk body utama
potong ukuran 10" (lebar)  x 7" (tinggi)  sebanyak 1 lembar untuk saku depan
potong ukuran 7" (lebar) x 9" (tinggi)  sebanyak 1 lembar untuk tutup tas

Staplek tebal (M32):
potong ukuran 10" (lebar)  x 11,5" (tinggi)  sebanyak 2 lembar untuk body utama
potong ukuran 7" (lebar) x 9" (tinggi)  sebanyak 1 lembar untuk tutup tas

3. Melapis Kain

Setrika staplek tebal pada kain kanvas. Dalam menyeterika, karena kanvas membutuhkan panas tinggi, maka usahakan menggunakan panas yang sesuai dan menekan setrika pada kain hingga kain melekat sempurna pada staplek. Gosok pelan-pelan.
Panas yang terlalu tinggi mengakibatkan kain akan mengekrut
Panas kurang akan membuat staplek tidak menempel dengan sempurna pada kain.


Pada body utama setelah kain kanvas dilapis staplek gunting ujungnya seperti gambar di atas. Ukuran guntingannya adala 1"x1" untuk kedua sisi bawah.



4. Membuat Tutup Tas

Ambil bahan katun untuk tutup. Bulatkan ujungnya untuk aksen. Kemudian siapkan pula velcrow secukupnya

Dengan bantuan jarum pentul, letakkan velcrow satu bagian dan jahit pada kain katun tersebut.

\
Tumpuk kedua bahan, katun dan kanvas untuk tutup yang ujungnya sudah digunting bulat dengan cara bagian bagus saling berhadapan dan bagian buruknya di luar.

Jahit mengeliling

Beri guntingan zigzag pada bagian bulat

Balik kemudian jahit sekelilingnya untuk memperkuat sekaligus mempermanis.

Kemudian jahit tutup tas pada satu bagian body utama dengan posisi seperti foto di atas

5. Membuat Saku Depan

Siapkan kedua bahan, kanvas utama dan katun yang telah digunting ukuran saku depan

Tumpuk kedua bahan dengan bagian bagus saling berhadapan, kemudian jahit di bagian atas dan bawah (lihat gambar di atas).


Kemudian dibalik dan diberi jahitan tindas

Pasang pada body utama bagian depan seperti foto di atas ya...

Ukur posisi yang tepat untuk posisi velcrow

Dengan bantuan jarum pentul, jahit velcrownya

Kemudian jahit bagian bawahnya agar menempel pada body utama


Ini penampakan saku depan kita


6. Menjahit Body Utama

Tumpuk kedua bahan utama seperti foto di atas dan jahit mengeliling

Ini penampakan setelah dijahit

Satukan bagian bawah tadi seperti foto di atas ya kemudian djahit untuk membentuk dimensi tas.

Lakukan untuk bagian satunya.

Ini penampakan body utama


Siapkan cantelan tali dengan mengambil 15cm tali yang sudah kita punya sebanyak 2 potong. Pasang rin D seperti gambar di atas

Jahit tali dan ring D pada sisi tas seperti foto di atas


7. Menjahit dan Memasang Lining
Posisikan kain lining saling berhadapan seperti foto di atas

Jahit mengeliling dengan menyisakan bukaan untuk membalik

Ujungnya dijahit seperti body utama

Pasang dengan cara seperti foto di atas dan dijahit

Setelah dibalik melalui lubang bukaan, jahit tindas bagian atas.

Nah... ini yg kita dapat setelah tali dipasang

Naahhh.... mudah banget kan?


Yang mau praktek, silakan praktek. Mudah banget kok...

Minggu, 24 Agustus 2014

Menentukan Harga Produk Handmade Secara Amatir (3) : Studi Kasus

Akhirnya nyampe pada bagian akhir dari bahasan yang sesuai judul artikel ini.
Berdasarkan Tutorial Simple Pouch terdahulu sekarang kita bedah satu persatu apa yang perlu kita lakukan buat ngitung harganya.

Sebelumnya saya menekankan bahwa "harga/nominal yang ada dalam contoh di bawah ini bukanlah harga sebenarnya. Ini hanya contoh"


Nah pertama, kita mesti ngitung dulu harga satuan material yang kita pakai.
Dalam contoh di atas, bisa kita lihat, bagaimana harga kain katun sebagai bahan utama produk kita.
Lakukan pendataan dalam setiap kali kita berbelanja. Istilah kerennya, setiap stocking material, buatlah data ini sehingga kita punya harga untuk masing-masing item.
Bisa jadi satu kain katun bakal beda banget harganya kan meski dari suplier harga sama. Karena terkait banyak hal, misalnya ongkos kirim. Harga yang dibeli di Etsy jelas beda sama harga yang dibeli di pasar. DI Etsy jelas harus pake ekspedisi internasional. Sementara kalau kita beli di pasar, paling bayar bensin mobil sama parkir doang.
Tapi kalo beli di pasar boleh kita nol kan aja ongkirnya, terutama bila kita sukses dengan manisnya ngerayu suami buat nganterin wekekekekek... Untungnya dobel-dobel tuh. Selain nggak capek karena ada orang yang mau bawa-bawain barang juga ntar bisa minta traktir di hokben
Wkwkwkwkwkwk... itu mah saya.
Ya udah deh pokoknya gitu.
Jadi dari sini keliatan banget kalo kita bijak dalam berbelanja, dan mau sedikit pelit dengan ongkir, kita bakal dapet harga satuan yang jauh lebih murah.
Sekilo kain katun muat 6m.
Sekilo kain kanvas tebel muat 2m.
Tapi ada kalanya kita dapet pesanan yang kainnya milih. Sehingga kita perlu order kain seukuran fq dengan ongkir sekilo. Kalo kayak gitu, berarti harga sudah beda kan?
Kira-kira kayak gitu.
Kalau kita tertib dengan entry kayak gini, trus jago excell nya bisa dibikin data base dengan bantuan visual basic ato macro ya, ntar tinggal me-link data aja dari main server ke perhitungan per produk.



Nah bagian ngitung upah ini yang kadang agak gimanaaa... gitu
Prinsipnya gini deh, kita pake kringat orang ya harus diganti dong. Haram hukumnya akan keringat orang karena selain nggak enak juga nggak bergizi! #plak

Harga upah di masing-masing daerah itu beda banget. Saya pakai istilah skilled/unskilled labour itu untuk membedakan tingkat keahlian dari orang yang akan kita sewa jasanya untuk membantu proses produksi kita.
Ada penjahit yang memang sudah kawakan banget. Sehingga kita kasih contoh gini-gini sudah nyambung dan langsung go dia. Tapi tetep kita harus tau misalnya dalam mengerjakan satu setelan dia butuh berapa hari sih? Trus dengan kerumitan kayak gitu dia minta ongkos berapa?
Nah dari situ kita bakal tau dia punya patokan upah berapa.
Misalnya satu setelan seragam sekolah ongkosnya 90ribu, selesai satu hari, dari jam 7 pagi ampe jam 8 malem. Nah jadikan itu patokan perjamnya berapa.
And so on...
Tapi kalau kita mau pake jasa asisten rumah tangga buat bantuin ngelipet ini mukul itu, atau njahit yang ini doang, tentu harga beda dong.
Nah gimana kalau kita kerjain sendiri?
Ini kita sendirilah yang bisa ngukur kita di level mana. Dalam bikin produk kita bisa berapa lama dan gimana hasilnya.
Terus kalau kita masih taraf belajar gimana? Kenapa nggak? Tetep kita menghabiskan waktu dan tenaga buat bikin kan? Itu yang harus kita hargai meski dengan harga yang sewajarnya. Gak mungkin kan kita jahit aja belum bisa lurus ngitug upahnya sudah dipatok pakai level skilled labour?.

Pokoknya meski bagian ini nggak ada yang tahu, tapi usahakan untuk selalu adil ya, sesuai dengan sebenernya dan jangan nipu, jangan aji mumpung. Kejujuran itu buat diri kita sendiri kok. Kita jujur Allah ridho dengan usaha kita. Amin.



Nah berdasarkan itungan di atas, dan berdasarkan model tutorial di artikel sebelumnya, kira-kira beginilah hasil itungnya.
Harga satuan sudah jelas dari mana dapatnya, berlaku baik untuk kain, batting, dll.
Dimensi itu berdasar potongan kain yang kita pakai buat produk ya.
Dari masing-masing kolom kayaknya nggak ada yang rumit.
Kecuali kolom (5) yaitu faktor keamanan.
Apakah itu?
Faktor keamanan itu persentasinya menyesuaikan dengan resiko dari pemakaian bahan.
Kita ketika beli kain semeter itu aslinya luasnya kan 100cmx115cm atau 100cmx90cm, dll.
Nah ketika kita memakai kain itu untuk produk, dipotong 15cmx16cm itu kan nggak pas segitu kan? Selalu ada sisa berbentuk strip nggak jelas dan lain-lain. 
Simpelnya ukuran kain semeter itu sulit buat dihabisin sampe bener-bener habis. 
Di sinilah kita dituntut buat pinter-pinter nge set kain dan bahan lain menjadi seekonomis mungkin. Agar jangan banyak sisa. Makanya pada bagian menggunting bahan, akan sangat bijak kalau kita handle sendiri.
Tapi tetap kita perlu memasukkan faktor keamanan yang dalam contoh ini sebesar 5%. 
Kita curang? Nggak kok. Itu adil banget. 
Memang angka 5% itu nggak mengikat, bisa kurang bisa juga lebih.
Semua tergantung produk yang akan kita bikin.

Nah setelah itu, itungan lainnya tinggal matematis banget hingga didapat harga total kebutuhan jatuhnya berapa.



Nah, sekarang lanjut ke pendukung lain.
Material tambahan mengakomodir biaya material apa aja yang kita pakai. Accessories yang ditambahin apa aja.
Hingga ke bagian tenaga kerja.
Itulah kenapa kita perlu memecah harga upah hingga ke menitnya. Ini demi mempermudah kita menghitung total upah. Dan dengan sistem ini kita semakin mudah mendefinisikan pekerjaan.
Bisa jadi ntar dalam item kerja akan ada data begini :
Bikin bias 10 menit
Pasang bias 30 menit
Pasang eyelet 15 menit
Hand stitch (jahit tangan) 60 menit
dst...
Kita akan sangat fair dalam membayar upah.
Kecuali kita cukup beruntung mempekejakan skilled labour yang bisa langsung kerja borongan. Satu ransel rumit selesai dua hari dengan ongkos total 200ribu. Gitu sih enak ya.....

Nah setelah semua item terkumpul, ditotalin deh biar ketemu harga dasar. Harga dasar itu benar-benar nggak ada faktor keuntungan ya. Kalaupun kita kerjakan sendiri itupun bukan masuk keuntungan. Itu adalah faktor upah yang memang menyatu dalam proses sebuah produksi barang.

Nah, berdasarkan harga dasar itu kita baru bisa menentukan harga jual.
Margin keuntungan bisa kita set sesuai dengan kondisi masing-masing produk.
Kondisi-kondisi tersebut contohnya :
1. Proses Desain
Bila kita menjual produk ready stock, atau produk dengan odel yang sudah kita luncurkan sebelumnya. Misalnya tas standar tote dengan ukuran tertentu, pembeli hanya tinggal pilih kain doang, tentu beda harga dengan custom order yang njelimet.
Misal : mba aku mau dong dibikinin sling bag buat naruh lappy, tablet, gadget lain yang masing-masing punya kompartemen bla...bla...bla... Ntar diginiin aja ya mba aku gak mau pake ini, maunya pake itu. Trus kemarin di butik si ono lho ada handle yang keren kalo bisa cariin model gini gitu ...dst....
Naahhh... untuk yang model gini, beda lagi setting profit marginnya. Karena emang kita mikir gak pake otak gak pake waktu? Trus dalam mengakomodir kemauan customer tentulah semua ilmu desain perlu kita bedah. Ini itu dan lain-lain, harus hunting ini itu dulu di internet, liat alternatif di pinterest dlsb. Belum lagi kadang kita harus trial error juga kan?
So... dalam menentukan profit margin, kita harus mempertimbangkan bener faktor ini.

2. Jenis material
Tentu ini ngefek banget. Kalau kita jahit katun, resikonya lebih kecil daripada jahit coated canvas. Resiko jarum patah, resiko mesin jahit macet dll.
Kalau kita bikin produk dari kain mahal, limited edition yang sudah nggak diproduksi lagi, beda resikonya dengan sekedar bikin rpoduk dari katun jepang polkadot yang kalau salah potong bisa kita beli lagi di toko kain dekat rumah.
Dan seterusnya.

3. Biaya di luar material.
Apa itu? Pulsa, langganan internet listrik, benang jarum, dan lain-lain. Belum lagi kalau kita jualnya di ruko yang kita sewa sendiri, lengkap dengan pegawai dan lain-lain. Maka faktor biaya operasional ini juga menjadi salah satu faktor yang menentukan besaran keuntungan.

Dengan begitu, nggak ada lagi deh kita dengan mencibie membanding-bandingkan, produk si ono, gitu doang harga segini juta. Menang merk doang!
Hellooowww.... trademark is one thing. This is need a long time story with much hard work to achieve it!
Proses membranding sebuah produk nggak mudah, nggak murah. Belum lagi mematenkan. Hargai itu. Jangan buru-buru mencibir! Lagian juga situ ngapain beli yang bermerk kalau ujung-ujungnya cuma bisa mencaci 'menang merk doang'.
Jadikan produk-produk bermerk dan berharga tinggi sebagai inspirasi untuk memotivasi agar kita maju.

Ah... udah deh, kepala sudah berasap nih!
Gila nulis ginian aja lumayan capeknya.
Jadi jangan salahin saya ya kalo typo di mana-mana.
Mau baca monggo.
Nggak mau juga nggak apa-apa.
Ini hanya sekedar berbagi.
Oke... sip...

Tapi jangan lupa
FB tetetep ini Himawari Putri Aisyiyah
Fanpage juga di sini Himawari Art 'n Craft

Silakan di add, di like tapi jangan di report. Saya bukan kriminal.

Menentukan Harga Produk Handmade Secara Amatir (2) : Tutorial Simple Pouch

Seperti saya bilang sebelumnya, saya akan membuat sebuah artikel berisi tutorial membuat pouch yang sangaaaattttt... sederhana.
Tujuan utamanya sih melemaskan lagi jemari saya agar terbiasa lagi dengan keyboard komputer #gubrak!

Oke sebelum saya minder keterusan, lanjut ya...
Beginilah bikinnya... beginilah bikinnya... beginilah bikinnya...
Ayo kawan berjalan-jalan ke hutan... *sori, di ruang sebelah anak saya lagi dengar lagu anak-anak bikin emaknya ngetik dengan ketukan sesuai irama musik*
#kalem

Yuuukkk... kita mulai

Penampakan pouchnya kayak begitu tuh....
Lumayan lah buat ngabisin sisa stock perca. Mungil dan imut banget ukurannya. Namanya juga perca hehehe...


Bahan utamanya dari perca.
Untuk bodynya (merah bunga-bunga) saya pake katun ukuran 6" x 5.5" 2 lembar
Untuk tutup (perca putih ungu) saya pakenya katun ukuran  5"x 4" 1 lembar
Untuk lining (polka hijau) saya pakai ukuran yang sama dengan body utama, yaitu 2 lembar untuk body dan 1 lembar untuk tutup


Untuk bahan pelapis, di sini saya pakai :
Pellon, untuk melapisi kain. Pakainya yang agak tebel karena kain katunnya lemas banget. Jumlah dan ukurannya menyesuaikan body utama yaitu 2 lembar ukuran 6"x5.5" dan 1 lembar ukuran 5"x4".
Pelapis yang lain saya juga gunakan dakron press yang padat tapi lembut dan mudah dijahit. Dengan ukuran yang dilebhin dikit dari kebutuhan biar mudah dirapihin.

Nah foto di atas itu adalah penampakan kain katun yang sudah dilapisi pelon dengan cara diseterika. Pelon seperti kain keras, memiliki satu sisi berperekat yang akan menempel di kain bila dipanaskan.
Setelah diseterika saya merapikan kain-kain tersebut memakai penggaris dan roller cutter agar benar-benar tepat dan presisi ukurannya.
Ini berlaku untuk kain utama yang berlapis pelon, maupun bahan lining (katun polka hijau).

Kemudian dengan bantuan penggaris lingkaran, saya buletin ujungnya biar cakep. Hehehe

Khusus untuk bagian utama, saya bikin garis batas di bagian atas seukuran 1/2" sebagai batas pemasangan dakron. Tujuannya adalah agar tidak menggumpal di proses finishing. Dakron yang menggumpal selain gendut jelek, juga sulit dijahit.
Saya nggak bilang gendut selalu jelek lho ya, karena sekarang saya pun lagi gendut-gendutnya, namun juga lagi imut-imutnya plus menggemaskan...
Aaaarrrrgghhhhhhhhhhh!!!! I want my body back after pregnancy *emo kalap*
Tapi pada kasus ini lebih baik jangan gemuk dulu #gubrak!

Nah sekarang dengan bantuan jarum pentul, dijahit deh si dakron pada tempat yang memang dibikin buat dia.

Perhatiin potongan dakron pada foto di atas ya... Itu sudah dirapihin kemudian ujungnya digunting untuk menghindari si gendut tadi.
Hal serupa bisa diterapin kalau mau bikin tote bag atau produk lain. Karena ya itu tadi top stitch pada bidang yang menggumpal dan bertumpuk itu sulit banget.

Ini adalah foto untuk lining tutup. Lupa tadi saya bilang bahwa lining pada tutup memang nggak dibuletin. Sengaja. Kenapa? Ikutin terus aja potonya di bawah ini ya...
Oh ya tapi keliatan kan di poto kalo pada tutup sudah digambar garis pemandu jahitan? Kalau nggak kelihatan berarti saatnya anda mengunjungi dokter mata.

Dipentul pas ditumpuk dengan bidang kain utama berpelapis, lalu dijahit.

Setelah dijahit, digunting ngikutin kain utama. Jangan lupa pas bagian beloknya disuwir kayak daging ayam buat soto ya.... #laper

Habis itu dibalik, disetrika biar rapih dan dibentuk bagian nonjol-nonjolnya biar keren, baru deh dijahit tindas. Cakep deh.

Tempelin pada body utama, juga sama pita katun sebagai canthelan pemanis ya...
Sorry, I don't know what is 'canthelan' in Indonesian :p
Terus dijahit dulu biar nggak lepas.

Tumpuk dua kain utama dengan bagian bagusnya adep-adepan, biar selevel lah. Yang bagian buruk di luar. Boleh pake garis bantu biar njahitnya ga belok-belok. 

Ini hasilnya setelah dibalik. Jangan lupa dirapihin dan diseterika biar bagus dan nggak amburadul ya...

Pada bahan lining lakukan hal serupa dengan menyisakan bidang yang nggak dijahit buat bukaan.

Trus digabungin dan dijahit. Lihat kan? Bagian atas, dakronnya nggak ikut dijahit. Jadi nggak tebel gendut gitu.

Melalui bukaan, trus dibalik deh.

Ini dapetnya.

Dirapihin dan dipentulin ya, buat mastiin dakron yang ada nggak ngegumpal. Nah saatnya kita bikin top sticth. Pada bagian ini dakron diusahakan kejahit. Itu;ah perlunya dipentulin.

Penampakannya.

Bagian yang bukaan tadi ditutup dengan hidden seam.

Dan inilah hasilnya.


Semoga tutorialnya sedikit membantu. Kita bakal lanjutin pada bagian berikut yang mengulas cara menghitung harganya. Boleh sih kita asal njeplak, kalau ditanya, ini berapa mbak? Ah, kecil dan simple juga. 10ribu dehhh....
Tapiii.... benarkah harganya segitu?
Percaya?
Yuk dilanjut ke bagian 3...